Senin, 27 Juni 2011

Pagi buta dan aku yang tak buta

Terjaga semalam..

Menggapai mimpi dalam mata yang terbuka.. Mencoba merangkai suara dari sunyi yang mengepung.. Gemerisik pohon dan simfoni hewan malam cukup membantu.. Nada itu terbentuk, namun hanya untuk telinga.. Sang hati yang angkuh sedang menolak dengar.. Ia diam, mengucap bisu, tetap seperti itu..

Esok hari adalah hari ini.. Kemarin telah lewat sejak dua jarum jam tak lagi sejajar menunjuk ke atas.. Aku bernyanyi dalam bisik--lagi.. Usahaku masih satu, untuk membungkam bisu yang terasa pekat..

Andai kedua bola penguasa indera penglihatan ini bisa menarik tutup tirai kelopaknya, mungkin aku tidak perlu terus-menerus mendengar sepi seperti ini.. Setidaknya mimpi masih bisa bersuara lebih lantang kala lelap..

Detik berdetak, waktu terbang menjauh.. Tidak juga otak ini menyerah untuk segera mengistirahatkanku.. Aku tetap di sini, duduk manis memandang jendela walau mungkin jendela pun telah bosan menatap balik.. Aku masih diam di sini, namun akalku ada di sana, terbang menggapai khayal-khayal tinggi, mencoba menarik mereka menembus batas antara nyata dan tidak..

Irama subuh telah bergema.. Nyanyian khidmat berkumandang dari tiap-tiap surau yang berlomba-lomba melantunkan nada paling indah.. Aku bergeming, tak beranjak.. Dagu yang sedari tadi ditopang kedua tangan mulai lelah dan perlahan turun menyentuh meja kayu.. Dalam posisi duduk aku melakukan banyak hal.. Aku mendengar dendang fajar, aku bermimpi, aku tersenyum, aku mencerna damai, aku kosongkan racun dalam hati, aku syahdu, aku terlelap..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca yang baik (katanya) meninggalkan komentar he he he… Dan jangan lupa nulis nama yaa biar saya tau siapa identitas pemberi komentar yang baik ini, terima kasih.. :D